Selasa, 05 April 2022

2.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Coaching

 

Catatan Calon Guru Penggerak

Antara Coaching, Pembelajaran Berdiferensiasi

dan Pembelajaran Sosial Emosional

oleh

Elisya Sovia,S.Pd.,Gr

SMA NEGERI 1 Pasie Raja

CGP-4 Kab. Aceh Selatan

 

A. Peran pendidik dalam Pendidikan

Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya,begitulah yang diutarakan  oleh Bapak Ki Hadjar Dewantara dalam pandangannya tentang pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa seorang pendidik dapat dikatakan berhasil apabila mampu menuntun dan mewujudkan rasa kebahagiaan didalam pembelajaran yang dilakukannya. Untuk itu, pendidik tentu diharapkan bisa memberikan pembelajaran menyeluruh (holistik) kepada semua peserta didik yang mempunyai latar belakang berbeda. Kemampuan pendidik dalam memahami karakter peserta didik ini mampu menciptakan lingkungan belajar yang berpihak kepada murid.

Tidak jarang kita temui tulisan para pendidik, terkhususnya di dalam PTK dan Makalah bahwa permasalahan yang dialami oleh pendidik di dalam proses pembelajaran adalah minat dan motivasi belajar peserta didik yang rendah sehingga berdampak kepada rendahnya hasil belajar yang didapatkan. Hal ini seharusnya menjadi persoalan yang harus kita atasi secara bersama. Banyak tulisan telah membahas mengenai model, media, sumber hingga strategi mengajar yang mampu mendorong peserta didik aktif dalam belajar, namun semua itu kembali lagi kepada peran pendidik dalam pendidikan bahwa pendidik yang professional akan mampu merancang, melakukan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan pendidikan itu tercapai. Didalam program Pendidikan Guru Penggerak, kita akan dipandu mewujudkan pendidikan yang berpihak kepada murid sehingga profil pelajar pancasila, belajar bermakna dan pembelajaran sepanjang hayat dapat terwujud

B. Meramu keberagaman serta mewujudkan pendidikan karakter melalui  Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial emosional.

Setiap peserta didik itu unik, mereka terlahir dengan berbagai kultur budaya, latar belakang keluarga, ekonomi bahkan sistem politik yang berbeda. Hal ini lumrah terjadi dimana saja, baik itu di daerah desa maupun perkotaan. Kita bisa melakukan berbagai model dan media yang kita ketahui , namun hal ini tidak cukup, karena kita tidak bisa menuntut peserta didik belajar di saat peserta didik tersebut tidak siap untuk belajar serta setiap  model/ media yang kita gunakan belum tentu mampu merangkul peserta didik kita, hal ini di perparah semenjak PJJ dan New Normal, kita temui bahwa peserta didik mengalami Disrupsi Pengetahuan , motivasi belajar serta karakter peserta didik yang rendah yang dapat dilihat dari kesadaran diri sebagai peserta didik serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.   Fenomena ini menjadi PR bersama yang dirasakan oleh kalangan pendidik. Di Aceh Selatan, tepatnya di SMA  N 1 Pasie Raja, Saya sebagai seorang pendidik sangat merasakan semua ini.

Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menyatukan keberagaman peserta didik ini untuk bisa mewujudkan pembelajaran yang asyik, nyaman dan menyenangkan. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah pembelajaran yang menitikberatkan kepada kebutuhan peserta didik sehingga mampu mewujudkan pembelajaran menyeluruh yang dapat dirasakan oleh semua peserta didik dengan berbagai karakteristik berbeda. Dengan kata lain, pembelajaran ini berupaya untuk meng-cover kesiapan belajar, minat serta profil belajar yang dimiliki oleh peserta didik dengan demikian maka peserta didik mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya.  

Pembelajaran Berdiferensiasi juga mengisyaratkan pentingnya Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) dalam penerapannya,  bahwa setiap peserta didik dengan segala potensinya mampu bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil di dalam mengerjakan tugas yang diberikan, memiliki kesadaran diri bahwa semua itu adalah suatu hal yang harus dicapai dengan berkesadaran penuh serta melibatkan kerjasama/ relasi untuk mewujudkan tujuan positif. Adapun yang menjadi Kompetensi PSE adalah kesadaran diri, pengelolaan diri, keterampilan relasi, kesadaran sosial dan Pengambilan keputusan bertanggung jawab.

Sebagai Guru  Sejarah dan Antropologi, saya menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi berfokus kepada Konten/ materi, Proses dan Produk. Sebagai contoh di dalam pembelajaran Antropologi mengenai Nilai Kultural Masyarakat Indonesia, adapun langkah yang saya lakukan adalah :

1.       Memetakan Karakteristik belajar Peserta didik.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui karakteristik peserta didik

a.       mengamati gaya belajar yang dimiiliki, dengan demikian kita bisa mengarahkan tugas sesuai dengan gaya belajar peserta didik kita

b.      Mengamati tugas-tugas yang telah dikerjakan serta berdiskusi dengan rekan guru yang lain. Hal ini mampu memberikan gambaran mengenai minat belajar yang dimiliki

c.       Memberikan pertanyaan pemantik . Misalnya kita bertanya apakah siswa senang belajat di dalam kelas, ruang pustaka ataupun di Laboratorium, dengan demikian kita mengetahui kesiapan belajar peserta didik.

2.       Penugasan sesuai dengan Kesiapan, Minat dan Profil Belajar yang dmiliki peserta didik dan penerapan Kompetensi Sosial Emosional dalam mendukung terwujudnya tujuan yang akan dicapai

a.       Diferensiasi konten

Saya memberikan kebebasan kepada peserta didik saya memilih konten yang akan ditulis dari 7 (tujuh) unsur budaya yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Dengan kesadaran penuh/ kesadaran diri dalam memilih konten, maka peserta menyelesaikan tugas dengan aktif, nyaman dan kreatif dikarenakan sesuai dengan profil dan minat belajar yang mereka miliki.

b.      Diferensiasi Proses

Didalam penugasan mengenai Nilai Kultural Masyarakat Indonesia, saya memanfaatkan sumber daya yanga da dilingkungan sekolah. Peserta didik bisa melalukan studi pustaka, eksplorasi melalui internet dan wawancara dengan guru-guru di sekolah yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Hal ini dapat terwujud dengan adanya keterampilan relasi yang dimiliki peserta didik, sehingga memudahkan proses pengerjaan tugas. Keterampilan relasi memberikan pengaruh positif bagi peserta didik untuk bisa bekerja sama, berempati, serta menumbuhkan semangat gotong royong sesama rekan atau narasumber.


 Dokumentasi Studi Pustaka, Wawancara dan Penggunaan IT

c.       Diferensiasi Produk

Setelah memilih konten dan menyelesainnya sesuai dengan proses yang mereka pilih sendiri, maka saya memberikan  penugasan sesuai dengan minat dan profil belajar yang dimiliki melalui aplikasi canva, yaitu dalam bentuk, desain poster, puisi, lagu dan video. peserta didik. Dengan demikian, kita mengetahui peserta didik itu bertanggung jawab terhadap pilihan yang telah dilakukan sehingga kompetensi PSE pengambilan keputusan bertanggung jawab sudah tercapai.

C. Coaching: Sarana Berbagi Praktik Baik Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial Emosional

 

                 

Praktek Coaching

 

Tut Wuri Handayani, mengisyaratkan kepada kita bahwa pendidik itu sejatinya mampu memberikan teladan, penguatan, dorongan, tidak hanya kepada peserta didik tetapi juga sesama rekan sejawat. Keberadaan guru penggerak diharapkan mampu memberikan pengaruh positif  melalui aksi nyata yang telah dilakukan dan berbagi pengalaman kepada rekan yang memang mau untuk tergerak berubah menjadi pendidik yang lebih baik kedepannya. Bersama-sama tergerak, bergerak dan menggerakkan  sehingga trasnformasi pendidikan yang diinginkan dapat terwujud.

Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan Coaching kepada rekan sejawat maupun peserta didik dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna dan menyeluruh. Dengan metode TIRTA, saya berbagi pengalaman dan membantu  kepada rekan sejawat dalam memahami kesulitan yang dirasakan selama proses pembelajaran, sama-sama berupaya menggali kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sehingga kita bisa memetakan ide, solusi yang akan dilakukan sebagai aksi nyata untuk mengatasi permaslahan serta menimbulkan komitmen sebagai tanggung jawab melakukan perubahan yang diinginkan.

Melalui Proses Coaching, saya mendapati bahwa permasalahan pembelajaran disekolah  saya adalah  belum diterapkannya pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran yang dilakukan masih menitikberatkan kepada pemberian penugasan yang sama kepada peserta didik sehingga didapati sebagian peserta didik tidak mengerjakan tugas tersebut dengan maksimal. Alasan peserta didik tidak mengerjakan karena merasa bosan, tidak tertarik dan membosankan. Setelah melakukan evaluasi diri, rekan saya mengatakan bahwa ingin menerapkan pembelajaran yang saya terapkan di kelas, karena didalam pengamatan beliau peserta didik saya antusias didalam pembelajaran.

Berdasarkan sharing dan diskusi yang dilakukan, maka kami berupaya untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di sekolah dengan memasukkan KSE yang menguatkan karakteristk peserta didik. Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi ini dilakukan oleh rekan saya dalam jenis proses dan produk, sehingga pembelajaran yang awalnya teacher oriented dan membosankan, dengan menitikberatkan kepada minat belajar dan profil belajar peserta didik dapat terwujud pembelajaran yang tidak hanya asyik tetapi mampu menimbulkan karakter  dengan kesadaran diri terhadap tugas, keterampilan relasi dalam proses pengerjaan tugas serta bertanggung jawab akan setiap kepitusan yang telah diambil karena dalam pembelajaran ini memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam melakukan proses, produk namun tetap mengacu kepada tujuan pembelajaran dari setiap materi.

 

                     





  

    

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AKSI NYATA MODUL 3.3 MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM BERDAMPAK PADA MURID

  Pojok Literasi Kelas Sebagai Sarana   Menumbuhkan Semangat Baca Siswa Di SMA Negeri 1 Pasie Raja Peristiwa (Facts) A.       Latar ...