Rabu, 13 Juli 2022

AKSI NYATA MODUL 3.3 MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM BERDAMPAK PADA MURID

 

Pojok Literasi Kelas Sebagai Sarana  Menumbuhkan Semangat Baca Siswa

Di SMA Negeri 1 Pasie Raja


Peristiwa (Facts)

A.      Latar Belakang

Memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara membuat saya mempunyai perspektif baru dalam memandang  arti pendidik dan pendidikan. Perumpamaan seorang pendidik sebagai petani memberikan arti bahwa tugas utama pendidik yaitu  mampu menuntun  kodrat anak bukan menumbuhkan kodrat baru yang sering kita lakukan dan menganggap itu adalah hal yang benar. Kemampuan menuntun inilah yang akhirnya menciptakan Merdeka Belajar karena peserta didik mampu mengembangkan dirinya secara mandiri, mampu meyakini segala sesuatu yang benar dengan seorang pendidik yang menuntun ketercapaian potensinya. Selain itu, “Berhamba Kepada Anak” yang mengisyaratkan keberpihakan kita kepada anak yang ditandai dengan memahami apa yang dibutuhkan oleh anak memberikan pemahaman bagi saya bahwa kesuksesan seorang pendidikan dan pendidikan itu apabila pendidik memahami dengan menggunakan rasa dan  mengerti karakteristik peserta didik.

Berakar dari pemikiran tersebut, maka kita perlu memberikan ruang kepada murid untuk bisa menjadi bagian dalam pembelajaran dengan menerapkan kepemimpinan murid yang terdiri dari polihan, suara dan kepemilikan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan Profil Pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebhinnekaan global, mampu bergotong royong, mandiri, berpikir kritis dan kreatif.  Senada dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, SMA Negeri 1 Pasie Raja mempunyai moto “CERDAS”, Creatif, Educatif, Religius, Disiplin, Amanah dan Santun mengharapkan lahirnya murid yang mampu mewujudkan ruang kelas yang nyaman, menghadirkan rasa kepemilikan serta cinta yang tinggi terhadap sekolah dan terwujudnya rasa kepedulian antara guru dan murid.

Pandemi covid -19 yang melanda Indonesia berdampak kepada penerapan BDR (belajar dari rumah) bagi dunia pendidikan. Murid diharapkan mengerjakan penugasan secara online dan offline yang menyebabkan minat belajar murid d SMA Negeri 1 Pasie Raja menurun karena kebanyakan tugas dikerjakan dengan cara menyontek kepada teman atau copy paste dari internet. Hal ini ini diperparah dengan kurangnya kedekatan guru dan sesama murid karena tidak pernah bertatap muka secara langsung dalam PBM. Setelah new normal dan PBM kembali dilakukan di ruang kelas ditemukan kenyataan yang sangat memprihatinkan. Murid yang seharusnya memiliki semangat belajar dengan membaca dan memahami pembelajaran justru memiliki sikap yang berlawanan dengan profil pelajar pancasila dan sekolah sebagai taman seperti konsep ki Hadjar tidak dapat terwujud karena kurangnya rasa kedekatan peserta didik dan murid.

Berdasarkan hal tersebut, maka Kepala Sekolah, saya sebagai Koordinator GLS dan dewan guru berinisiatif untuk menciptakan program yang mampu menjadikan sekolah sebagai “ taman” bagi murid dengan memberikan kesempatan kepada mereka berkreasi melalui pembangunan pojok literasi kelas. Adapun tujuan program Pojok Literasi  adalah  mampu menciptakan Lingkungan yang melatih murid mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana, melatih murid  menerima dan memahami kekuatan diri, sesama serta masyarakat dan lingkungan sekitarnya dan menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan. Selain itu,  diharapkan dengan adanya program ini mampu  menghadirkan suasana baru dalam memandang keberadaaan peserta didik terkhusus berhubungan dengan minat dan bakat dan momentum bagi guru dalam memetakan profil belajar peserta didik kita demi terwujudnya pembelajaran yang bermakna bagi seluruh peserta didik kita.

B.       Aksi Nyata

1.    Sosialisasi dan jajak pendapat mengenai Program Pojok Literasi Kelas bersama Kepala Sekolah dan Warga Sekolah.


                                

                                                 

Langkah ini bertujuan untuk menyamakan  persepsi dalam menerapkan program Pojok Literasi Kelas. Berdasarkan jajak pendapat, maka dihasilkan keputusan bahwa pelaksanaan Program ini dilakukan dalam 2 bentuk yaitu pembuatan pojok literasi  dan penggunaan  Pojok Literasi Kelas.

a)   Tahap Pembuatan Pojok Literasi Kelas

Adapun Langkah yang dilakukan adalah

Ø Wali kelas memberikan pemahaman mengenai Program Pojok Literasi kepada siswa kelas dan merencanakan agenda pembuatannya

Ø Murid berkolaborasi dengan wali kelas menentukan tema Pojok Literasi, konten serta desain yang diinginkan, sekolah menfasilitasi pembiayaan dalam pembuatan pojok literasi kelas.

Ø Berdasarkan kesepakatan kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan wali kelas maka pengerjaan pojok literasi dilakukan dalam waktu 2 minggu dan dilakukan di luar proses PBM

b)   Tahap Penggunaan Pojok Literasi Kelas

Adapun langkah yang dilakukan adalah:

Ø Sebelum PBM jam pelajaran pertama dimulai maka  dilakukan kegiatan literasi selama 15 Menit.

Ø Siswa mencatat pemahaman mengenai bacaan  tersebut di dalam Buku Literasi masing-masing

Ø Buku Literasi tersebut dikumpukan pada akhir pekan untuk dinilai oleh Penanggung Jawab Pojok Literasi Kelas.

Ø Setiap siswa yang telah membaca buku akan mencatatkan nama nya dalam buku agenda yang terdapat di Pojok Baca masing-masing

Ø Guru dan Tendik diperbolehkan memimjam buku di Pojok Literasi dengan mengisi buku tamu dan peminjaman.

Ø Sekolah memfasilitasi pemilihan Pojok Literasi Kelas dengan pemberian Piala Bergilir dan buku sebagai reward untuk juara 1, 2 dan 3

Ø Setiap akhir bulan akan dilakukan penilaian Pojok Literasi Kelas berdasarkan 3 hal yaitu, Buku literasi siswa, konten buku yang tersedia, kenyamanan pojok baca  hal ini bertujuan untuk menjadikan sekolah terutama ruang kelas sebagai rumah kedua sehingga mampu menghadirkan rasa kepemilikan dan cinta yang tinggi terhadap sekolah dan terwujudnya rasa kepedulian antara guru dan peserta didik.

 

2. Pembuatan Pojok Literasi Kelas

Pembuatan Pojok Literasi ini dilakukan oleh Wali Kelas dan peserta didik dengan tema yang mereka sepakati bersama. Hal yang menarik di dalam pembuatan pojok literasi adalah antusias peserta didik dalam mewujudkan tema impian serta  kerjasama dan kekeluargaan yang tercipta dalam pengerjaannya yang sebelumnya sempat beberapa lama dilanda pandemi yang mengharuskan belajar secara Online/ PJJ. Begitu banyak tema dan desain yang dihadirkan dengan berbagai filosofi yang ditawarkan sebagai keunikan kelas masing-masing.

Desain yang dihadirkan merupakan bentuk pemahaman peserta didik tentang Pojok Literasi dan jurusan masing-masing. Berdasarkan kunjungan ke setiap kelas, beberapa pernyataan menarik peserta didik mengenai pemilihan tema kelas, diantaranya kelas XII.IPA-1 disaat tim menanyakan tema yang mereka ambil yaitu luar angkasa/ Antariksa maka muncullah pernyataan bahwa pojok literasi mampu memberikan ilmu dan wawasan sehingga dengan demikian kita bisa menggapai tujuan, selain itu kelas X.IPS-2 menghadirkan desain pintu / gerbang yang melambangkan bahwa pjok literasi yang memuat berbagai buku adalah gerbang untuk mencapai ilmu dan wawasan yang luas dan kelas. XII.IPS-2 membuat lukisan Pohon dengan Filosofi “ AlAM “ (Asyik, Loyalitas, Aktif dan Mahir) sebuah pengharapan untuk terwujudnya kelas yang nyaman, aktif dan gembira disaat belajar

         

3.     Penggunaan Pojok Literasi Kelas

Pojok Literasi kelas dapat digunakan sebagai sumber belajar bagi guru dalam PBM seera memfasilitasi murid dalam berkarya karena di Pojok Literasi kelas juga terdapat hasil karya peserta didik seperti  puisi, cerpen, komik digital dan karya lainnya terangkum dalam Program :SASISAKA” “satu siswa satu karya. Program membaca 15 menit dilakukan setiap hari efektif, Pemilihan Pojok Literasi terbaik dilakukan satu kali sebulan, diakhir bulan  dengan tim penilai yang terdiri dari pengawas, kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan tim GLS


     


4.    Penilaian Pojok Literasi Kelas

      Kepala SMA N 1 Pasie Raja, Mistaruddin, S.Ag berinisiatif melakukan perlomban Pojok Literasi      Kelas yang dilakukan penilaiannya sebulan sekali dengan pemberian Piala Bergilir. Beliau berharap  dengan adanya perlombaan ini bisa menjadi momentum bagi peserta didik untuk menjadikan sekolah terutama ruang kelas sebagai rumah kedua sehingga mampu menghadirkan rasa  kepemilikan dan cinta yang tinggi terhadap sekolah dan terwujudnya rasa kepedulian antara guru dan peserta didik. Bapak Mistaruddin juga menekankan pentingnya Pojok literasi sebagai langkah awal terciptanya gerakan literasi sekolah di SMA N 1 Pasie Raja yang nantinya akan dikembangkan dalam berbagai program-program peningkatan  minat  baca dan menulis yang sudah mulai dirintis oleh beberapa guru di sekolah, salah satu agenda yang akan dilakukan adalah program “SASISAKA” ( satu siswa satu karya). Adapun yang menjadi penilaian dari Pojok Literasi Kelas adalah kenyamanan pembaca, konten (berupa buku bacaan yang disajukan serta kreativitas  dalam  penyusunan buku), pencahayaan serta dekorasi yang sesuai dengan tema. Melalui  Penilaian  Pengawas, Kepala Sekolah, Wakabid Kesiswaan, Kepala Tata Usaha, dan Tim GLS


                  


5. Pengumuman dan Penyerahan Piala Bergilir untuk Kelas dengan Pembuatan dan Penggunaan Pojok Literasi Kelas Terbaik

          Berdasarkan Kriteria penilaian yang telah dirancang oleh Tim Penilai yang diketuai oleh oleh Wakabid. Kurikulum sebagai ketua pelaksana kegiatan perlombaan, Bapak Fardi, S.Pd.,Gr dan Nilai yang telah dirangkum oleh tim penilai pada tahap 1 maka juara 1 Lomba Pojok Literasi Bulan Februari 2022 diperoleh oleh kelas X. MIPA-1, XII.MIPA-1 dan XII.IPS-1

               
          






Dokumentasi Pojok Literasi kelas Terbaik

Perasaan (Feeling)

Dapat mewujudkan program yang berpihak kepada murid seyogyanya mampu membuat kita bahagia dan bersemangat tentunya. Dengan terlaksananya program ini serta dukungan dari warga sekolah membuat saya merasa mendapatkan pengalaman dan pembelajaran yang berarti bahwa setiap murid memang mempunyai potensi sesuai dengan kdrat nya, Hal ini dapat terlihat dari  kepemimpinan murid (suara, pilihan dan kepemilikan murid) yang tergambar melalui program ini yaitu:

A.    Suara

1. Murid memberikan ide dan gagasan tentang desain pojok literasi kelas masing-msing

2.    Setiap murid dilibatkan dalam perencanaan kegiatan

3.    Murid memberikan umpan balik terhadap gagasan yang diberikan rekannya.

4.    Memberikan kesempatan dalam memetakan tata tertib Pojok Literasi Kelas masing-masing

B.      Pilihan

1. Memberikan kesempatan kepada  murid mengambil peran dalam kegiatan pembuatan pojok literasi kelas ( cat, desain lukisan, tata letak buku, karya yang akan di pajang)

2.  Murid diberikan kesempatan untuk merencanakan rencana, jadwal dan agenda dalam kegiatan.

3.    Memberikan kebebasan dan kesempatan kepada murid untuk mempresentasi  tema Pojok Literasi kelas masing-masing.

C.     Kepemilikan

1.     Sebelum membuat Pojok Literasi, wali kelas menanyakan apa yang meteka ketahui tentang pojok literasi dan pengalaman tentang literasi

2.      Memberikan umpan balik terhadap hasil kerja dan karya murid.

3. Membuat jadwal literasi pada setiap pojok baca sehingga setiap murid  mendapatkan kesempatan yang sama.

4.      Komitmen dalam melaksanakan aturan dan menjaga kebersihan pojok literasi

5.      Memajang hasil karya murid di pojok literasi

 

Pembelajaran (Findings)

Terwujudnya Program Pojok Literasi Kelas ini  memberikan pembelajaran kepada kami bahwa  keberhasilan sebuah program tidak terlepas dari  2 hal yaitu kerja sama, kepercayaan dan apresiasi.  Jajak pendapat  menghasilkan putusan yang jelas tentang program yang akan dilakukan mampu membangun kolaborasi yang efektif antara wali kelas dengan murid dalam terciptanya pojok literasi di kelas masing-masing. Kepercayaan yang diberikan kepada murid melalui suara, polihan dan kepemilikan memberikan wadah untuk berkarya, berinovasi serta menunjukkan kreativitas yang dimiliki oleh murid yang selama ini masih terpendam serta apresiasi melalui perlombaan mampu memberikan semangat positif dalam berkarya.

Dengan adanya program ini mampu memberikan kedekatan secara emosional antara guru dan sasama murid. Murid yang selama ini kurang mengenal satu sama lain karena pembelajaran BDR mampu menjadi saling dukung dan saling mengerti satu sama lain melalui pengerjaan dan penggunaan pojok literasi ini. Dilain sisi, penggunaan pojok literasi denganjadwal dan prosedur yang jelas  mampu meningkatkan kemampuan murid dalam berfikir kritis dan semangat membaca. Hal ini dapat dilihat dari hasil karya dalam program “SASISAKA” yang telah berlangsung.

Berdasarkan kegiatan yang masih berlangsung, saya melihat bahwa masih perlu peningkatan dalam Program Pojok Literasi kelas ini. Salah satunya yaitu kreativitas dalam mengelola  konten yang terdapat pada pojok literasi yang lebih berdaya guna. Masih ditemui buku pelajaran sebagai bahan bacaan di Pojok Literasi kelas. Mengenai hal tersebut, saya sebagai Koordinasi GLS telah melakukaan koordinasi dengan kepala sekolah dan Kepala Perpustakaan untuk membuat program peminjaman buku  berkala untuk setiap kelas dan akan digilir dalam satu bulan sekali. Hal ini bertujuan agar murid mendapat bahan bacaan baru  yang lebih bervariasi. Selain itu, perlu peningkatan dari tim literasi kelas dalam menentukan konten tulisan  yang akan dijadikan sebagai salah satu penilaian pojok literasi sehingga mampu mewujudkan murid yang berfikir kritis, kreatif dan berkhebinnekaan global.

Penerapan ke depan ( Future)

Keberhasilan kegiatan pengelolaan program berdampak pada murid di SMA Negeri 1 Pasie Raja menjadi langkah awal bagi kami dalam berbenah mewujudkan sekolah yang mampu meningkatkan sinergitas warga sekolah dalam membuat kebijakan berlandaskan kepemimpinan murid (suara, pilihan dan kepemilikan).  Adapun langkah yang akan dilakukan ke depannya:

1.      Meningkatkan Kerja sama antar warga sekolah

2.      Identifikasi program yang mampu mewujudkan kepemimpinan murid

3.      Meningkatkan peran  murid dalam Program sekolah sesuai dengan potensi yang dimiliki

4.      Evaluasi kebijakan serta program yang dilakukan oleh kepala sekolah.

 

Refleksi

Refleksi yang sangat menarik dan pengalaman yang berharga dengan keberadaan Pojok Literasi ini adalah mampu menghadirkan suasana baru dalam memandang keberadaaan peserta didik terkhusus berhubungan dengan minat dan bakat. Begitu banyak muncul peserta didik dengan bakat yang sebelumnya tidak diketahui oleh guru nya karena peserta didik yang terkadang masih memiliki sifat yang pemalu dan merasa minder. Hal ini bukan hanya menjadi pencapaian yang baik bagi kami SMA N 1 Pasie Raja dalam mewujudkan program literasi sekolah namun PR bagi kita semua sebagai guru kita harus mampu dalam memetakan profil belajar peserta didik kita demi terwujudnya pembelajaran yang bermakna bagi seluruh peserta didik kita. Besar harapan, Pojok Literasi Kelas ini mampu menjadi momentum bagi peserta didik kami lebih berkreasi di masa yang akan datang dengan lebih banyak karya mereka yang diletakkan disetiap rak-rak buku yang telah disediakan.

 

 

 








                                               










Jumat, 27 Mei 2022

KONEKSI ANTAR MATERI PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

 

 


Oleh

ELISYA SOVIA,S.Pd.,Gr

CGP-4 Kabupaten Aceh Selatan

 

A.    A.    Sintesis Berbagai Materi

 

1.  Keterkaitan Modul 3.2 (Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya) dengan modul sebelumnya

 

Mewujudkan peran menjadi  seorang pemimpin sumber daya di sekolah, tentu tidaklah mudah untuk dilakukan oleh seorang pendidik. Maka, dengan merefleksi  materi dan pembelajaran yang didapat sebelumnya dalam pendidikan guru penggerak bisa menjadi pedoman, acuan serta masukan dalam mengambil langkah yang tepat sehingga menciptakan ekosistem sekolah berbasis aset dapat terlaksana.

a.      Keterkaitan dengan Modul 1.1  Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Keberhasilan seorang pendidik dalam menuntun kodrat peserta didik yang beragam  mampu menjadi aset penting bagi sekolah. Hal ini berkaitan erat dengan 7 kekuatan aset atau modal yang kita pelajari, dimana salah satu dan paling utama adalah modal manusia. Seperti yang kita ketahui dalam ekosistem sekolah tentu modal manusia tersebut tidak terlepas dari guru dan peserta didik.

b.     Keterkaitan dengan Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Mengembangkan aset potensial yang  dimiliki  oleh sekolah tentu dibutuhkan nilai dan peran dari warga sekolah. Modul 1.2 memberikan pemahaman tentang  nilai dan peran yang dapat kita gunakan dalam memberdayakan aset , seperti yang dapat kita lihat melalui gambar dibawah ini.  Kita bisa menjadikan kerangka pemahaman ini dalam mewujudkan tujuan sekolah.


Sebagai contoh, dengan adanya mandiri, inovatif dan kreatif maka kita bisa memanfaatkan asset dalam modal fisik dan sosial sebagai langkah meningkatkan peran dalam menjadi pemimpin pembelajaran.

c.       Keterkaitan dengan Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Modul ini sangat erat kaitannya secara langsung dengan modul 3.2 karena dengan penerapan Inkuiri Apresiatif kita dapat memetakan potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh ekosistem kita dengan merujuk kepada 7 aset atau modal yang dipelajari di modul 3.2. Adapun langkah Inkuiri Apresiatif dapat kita lihat melalui gambar dibawah ini :



Dapat disimpulkan modul 1.3 adalah alternatif dalam mewujudkan modul 3.2 dalam mengoptimalkan potensi dengan berpijak kepada aksi nyata B-A-G-J-A.

d.     Keterkaitan dengan Modul 1.4 Budaya Positif

Dalam mengoptimalkan potensi menjadi kekuatan sekolah, tentu dibutuhkan budaya positif yang menunjang terwujudnya kerjasama antar warga sekolah. Dengan memahami konsep dasar disiplin positif, posisi kontrol, segitiga restitusi kita mampu bersinergi membangun aset, meningkatkan aset yang telah ada dan menjadikan kelemahan sebagai kekuatan.

e.      Keterkaitan dengan Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi

Peserta didik merupakan aset dalam modal manusia di sekolah. Sebagaimana yang telah dijabarkan dalam modul 1.1 bahwa setiap peserta didik memiliki kodrat masing-masing, tugas kita adalah menuntun hal tersebut. Salah satu cara dalam mewujudkannya adalah dengan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar yang berbeda (kesiapan belajar, minat dan profil belajar). Dengan penerapan pembelajaran ini, diharapkan tidak hanya memenuhi kebutuhan tetapi juga mampu menjadikan langkah awal menunjang tumbuh kembangnya peserta didik sebagai aset sekolah dengan keahlian yang sesuai dengan bidang nya masing-masing.

f.       Keterkaitan dengan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional





PSE diperlukan dalam menentukan, mengelola dan memastikan keputusan yang tepat karena dengan berkesadaran penuh kita bisa menggali potensi diri dan lingkungan. Mengembangkan aset yang dimiliki tentu berawal dari pemetaan tentang apa saja yang dimiliki oleh sekolah kita. Dalam pemetaan itu, kita tidak bisa melakukan sendiri, diperlukan kemampuan diri, kesadaran sosial sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemetaan tersebut sehingga Keputusan yang dilakukan nantinya  bisa dipertanggungjawabkan

g.      Keterkaitan dengan Modul 2.3 Coaching

 



Apabila B-A-G-J-A bertujuan untuk memetakan apa yang akan dilakukan terkait aset potensial disekolah, maka Coaching dengan model TIRTA merupakan wadah dalam menggali potensi yang dimiliki oleh aset potensial tersebut.  Dengan berpegang kepada pemahaman permasalahan,  potensi dan komitmen terhadap langkah yang akan dilakukan memudahkan dalam mewujudkan IA dengan skema B-A-G-J-A untuk merealisasikan diri sebagai pemimpin sumber daya di sekolah.

h.  Keterkaitan dengan Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Menjadi pemimpin sumber daya sekolah meletakkan posisi kita sebagai prang pertama dalam pengambilan keputusan yang akan memberikan dampak di masa yang akan datang. Untuk itu, diperlukan pemahaman prinsip, paradigma dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan supaya keputusan yang kita berikan berdampak positif dan tidak menimbulkan dilema bagi warga sekolah.

2.      Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya dan Implementasinya

Berbicara mengenai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, erat kaitannya dengan semua hal yang terdapat di sekolah sebagai ekosistem baik itu hal biotik dan abiotik. Kita diharapkan mampu berfikir berbasiskan asset (ABCD) dengan berfokus kepada kelebihan yang dimiliki oleh sekolah. Sebagai seorang guru, implementasi pengelolaan sumber daya ini bisa kita lakukan di kelas dengan cara melihat potensi yang dimiliki oleh peserta didik di dalam PBM dan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. kita bisa memetakan potensi yang dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan belajar sehingga kita bisa fokus kepada kelebihan yang dimiliki peserta didik. Hal ini berdampak kepada meningkatnya motivasi  dan hasil belajar peserta didik nantinya.

Implementasi pengelolaan sumber daya di sekolah maupun kepada warga sekolah tentu lebih rumit dibandingkan mengelola  kelas. Hal yang dapat saya lakukan sebagai berikut :

a.      Merubah mindset

Pola fikir  dan sudut pandang tentang sesuatu merupakan hal utama yang harus disamakan dalam mewujudkan tujuan bersama. Warga sekolah masih memandang kelemahan sebagai poin utama yang harus dibenahi di sekolah, hal ini dapat dilihat pada setiap rapat bulanan. Kepala sekolah lebih mengutamakan langkah apa yang akan dilakukan untuk mengatasi kekurangan dan melupakan aset dan kekuatan yang dimiliki oleh sekolah. Untuk itu, keberadaan guru penggerak diharapkan dapat membumikan paradigma berbasis aset ini supaya sekolah bisa mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki.

b.     Berkoordinasi  dengan berbagai pimpinan sekolah dan pihak terkait

Melakukan perubahan tidak bisa dilakukan sendiri. Kita membutuhkan dukungan dari berbagai pihak terutama pimpinan sekolah. Saya akan melakukan koordinasi dengan kepala sekolah untuk memudahkan sosialisasi kepada warga sekolah. Dengan tanggapan positif kepala sekolah, saya akan bersinergi dengan komunitas praktisi di sekolah melakukan sosialisasi kepada warga sekolah lainnya.

c.       Sinergitas warga sekolah

Apabila sudah memiliki mindset yang sama dan terjadi koordinasi kepada warga sekolah, maka saya akan berusaha untuk bersinergi dengan warga sekolah memetakan kekuatan yang dimiliki sekolah dan fokus untuk mengembangkan aset tersebut.

3.   Perubahan Diri Setelah Mempelajari Modul 3.2 (Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya)

Setelah mempelajari modul ini, saya memahami bahwa sekolah sebagai sebuah ekosistem terdiri dari faktor  biotik dan abiotik serta memahami 7 aset atau modal dalam suatu sekolah. Perubahan yang saya rasakan adalah perubahan mindset. Selama ini saya berfikir bahwa berfokus kepada masalah memang cara terbaik karena hal tersebut yang selalu dilakukan oleh pimpinan di sekolah selama ini. Kami mencari penyelesaian permasalahan yang terjadi setiap melakukan rapat bulanan. Setelah mempelajari modul ini, saya mengetahui bahwa berfikir berbasis aset atau kekuatan merupakan hal yang lebih baik, karena kita bisa membuat budaya positif d sekolah, lebih optimis mengenai kekuatan yang dimiliki serta menjadikan kekurangan sebagai kekuatan dengan memberdayakan aset yang mampu menutupi kekurangan tersebut. 

B. Rancangan Tindakan ( B-A-G-J-A)

PRAKARSA PERUBAHAN

 

TAHAPAN

Pertanyaan

Daftar tindakan/ riset/ penyelidikan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan jawaban

B-uat pertanyaan (Define)

        Membuat pertanyaan utama yang akan menentukan arah investigasi kekuatan/potensi/ peluang;

        Menggalang atau membangun koalisi tim perubahan

Bagaimana mewujudkan kelas yang mampu menerapkan profil pelajar pancasila sesuai dengan pemikiran KHD?

1.    Menerapkan  keberpihakan kepada murid.

2.    Pembelajaran yang bermakna sesuai dengan kodrat yang dimiliki.

A-mbil pelajaran (Discover)

        Menyusun pertanyaan lanjutan untuk menemukenali kekuatan/potensi/ peluang lewat investigasi;

        Menentukan bagaimana cara kita menggali fakta, memperoleh data, diskusi kelompok kecil/besar, survei individu, multi unsur

Bagaimana menentukan potensi yang dimiliki peserta didik sehingga tercapai kelas yang  diinginkan?

 

1.    Memahami karakteristik peserta didik

2.    Memetakan potensi yang dimiliki peserta didik

3.    Kerjasama dengan orangtua untuk mengetahui karakter dan  potensi peserta didik

4.    Menerapkan pembelajaran berdasarkan potensi peserta didik

G-ali mimpi (Dream)

        Menyusun deskripsi kolektif bilamana inisiatif terwujud;

        Mengalokasikan kesempatan untuk berproses bersama, multiunsur (kapan, di mana, siapa saja).

1.   Hal baru apa yang dilakukan agar  Kelas impian tercapai?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


2.   Apa hal mendukung dalam mewujudkan kelas impian tesebut?

 

 

Mengimplementasikan Pendidikan Berdiferensiasi melalui Program sekolah “MERONA” ( Mandiri, Edukatif, Religius, Objektif, Naratif, Adaptif “, Beberapa hal yang akan  dilakukan adalah :

a.    Mandiri, Meningkatkan kompetensi pendidik dalam menggunakan model dan media pembelajaran melalui pelatihan yang akan diadakan oleh sekolah sehingga mampu memberikan pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan karakteristik peserta didik dan materi pembelajaran

b.    Edukatif, Meningkatkan kemampuan bernalar kristis peserta didik dengan memanfaatkan pojok literasi kelas.

c.    Religius, Mengembangkan pemahaman agama melalui kearifan lokal yang terintegrasi dalam pembelajaran,

d.   Objektif, Tegas, adil dan bertanggungjawab didalam mengambil keputusan tanpa membedakan latar belakang peserta didik  sehingga mampu menanamkan profil pelajar yang berkebhinnekaan global.

e.    Naratif, meningkatkan kreativitas peserta didik melalui  “SASISAKA”

f.     Adaptif, penerapan pembelajaran konstektual untuk meningkatkan rasa Empati dan menimbulkan sikap gotong royong.


1.    Kepala sekolah yang selalu memberikan kesempatan untuk guru-guru mengembangkan program yang dimiliki

2.    Rekan guru yang ingin berkembang.

3.    Sarana dan prasarana sekolah

4.    Komite dan Wali Murid yang peduli kepada pembelajaran di sekolah.

5.    Peserta didik yang mempunyai semangat dan menyukai tantangan

J-abarkan rencana (Design)

         Mengidentifikasi tindakan konkret yang diperlukan untuk menjalankan langkah-langkah kecil sederhana yang dapat dilakukan segera,dan langkah berani/terobosan yang akan memudahkan keseluruhan pencapaian;

         Menyusun definisi kesuksesan pencapaian

Bagaimana paparan rencana dan siapa saja yang terlibat dalam mewujudkan hal positif ini di sekolah?

1.    Mendesain   Model pembelajaran yang sesuai dengan kodrat anak

2.    Mengintegrasikan metode  “RASA-KU” ( Ramah, Asyik, Santun, Aktif- Kompetitif, dan Ulet)  didalam pembelajaran  dengan  menciptakan pembelajaran holistic.

3.    Mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran yang mengarah kepada potensi yang dimiliki peserta didik

4.    Pihak yang terlibat adalah kepala sekolah sebagai  pimpinan sekolah yang memberikan masukan, izin penggunaan sarana dan prasarana dan Rekan guru yang membantu menerapkan Program ini.

A-tur eksekusi (Deliver)

        Menentukan siapa yang berperan/ dilibatkan dalam pengambilan keputusan;

        Mendesain jalur komunikasi dan pengelolaan rutinitas (misal: SOP, knowledge management, monev/refleksi)

 

1.  Siapakah yang  berperan melakukan perubahan?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



 

2.  Kapan kelas impian ini mulai diwujudkan?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.  Apa indikator keberhasilan ?

 

 

 

1.     Guru sebagai subjek yang  membuat program dan menginginkan prubahan

2.     Peserta didik sebagai objek perubahan

3.     Kepala sekolah yang melakukan pengawasan dan monitoring pada program yang direncanakan

 

Mulai dari sekarang dengan langkah- langkah sebagai berikut :

1.  Merubah mindset

2.Berkoordinasi dengan berbagai pimpinan sekolah dan pihak terkait

3.Sinergitas warga sekolah

 

Terwujudkan Kelas yang mampu menerapkan  keberpihakan kepada murid  sehingga  tercipta pembelajaran yang bermakna sesuai dengan kodrat yang dimiliki

 



AKSI NYATA MODUL 3.3 MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM BERDAMPAK PADA MURID

  Pojok Literasi Kelas Sebagai Sarana   Menumbuhkan Semangat Baca Siswa Di SMA Negeri 1 Pasie Raja Peristiwa (Facts) A.       Latar ...