Oleh
ELISYA
SOVIA,S.Pd.,Gr
CGP-4
Kabupaten Aceh Selatan
A. A. Sintesis Berbagai Materi
1. Keterkaitan Modul 3.2 (Pemimpin Dalam
Pengelolaan Sumber Daya) dengan modul sebelumnya
Mewujudkan peran menjadi seorang pemimpin sumber daya di sekolah, tentu
tidaklah mudah untuk dilakukan oleh seorang pendidik. Maka, dengan merefleksi materi dan pembelajaran yang didapat
sebelumnya dalam pendidikan guru penggerak bisa menjadi pedoman, acuan serta
masukan dalam mengambil langkah yang tepat sehingga menciptakan ekosistem
sekolah berbasis aset dapat terlaksana.
a. Keterkaitan dengan Modul 1.1 Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Keberhasilan seorang pendidik dalam
menuntun kodrat peserta didik yang beragam
mampu menjadi aset penting bagi sekolah. Hal ini berkaitan erat dengan 7
kekuatan aset atau modal yang kita pelajari, dimana salah satu dan paling utama
adalah modal manusia. Seperti yang kita ketahui dalam ekosistem sekolah tentu
modal manusia tersebut tidak terlepas dari guru dan peserta didik.
b. Keterkaitan dengan Modul 1.2
Nilai dan Peran Guru Penggerak
Mengembangkan aset potensial yang dimiliki
oleh sekolah tentu dibutuhkan nilai dan peran dari warga sekolah. Modul
1.2 memberikan pemahaman tentang nilai
dan peran yang dapat kita gunakan dalam memberdayakan aset , seperti yang dapat
kita lihat melalui gambar dibawah ini. Kita
bisa menjadikan kerangka pemahaman ini dalam mewujudkan tujuan sekolah.
Sebagai contoh, dengan adanya mandiri,
inovatif dan kreatif maka kita bisa memanfaatkan asset dalam modal fisik dan
sosial sebagai langkah meningkatkan peran dalam menjadi pemimpin pembelajaran.
c. Keterkaitan dengan Modul 1.3 Visi
Guru Penggerak
Modul ini sangat erat kaitannya secara langsung dengan modul 3.2 karena
dengan penerapan Inkuiri Apresiatif
kita dapat memetakan potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh ekosistem kita
dengan merujuk kepada 7 aset atau modal yang dipelajari di modul 3.2. Adapun
langkah Inkuiri Apresiatif dapat
kita lihat melalui gambar dibawah ini :
Dapat disimpulkan modul 1.3 adalah
alternatif dalam mewujudkan modul 3.2 dalam mengoptimalkan potensi dengan
berpijak kepada aksi nyata B-A-G-J-A.
d. Keterkaitan dengan Modul 1.4
Budaya Positif
Dalam mengoptimalkan potensi menjadi
kekuatan sekolah, tentu dibutuhkan budaya positif yang menunjang terwujudnya
kerjasama antar warga sekolah. Dengan memahami konsep dasar disiplin positif,
posisi kontrol, segitiga restitusi kita mampu bersinergi membangun aset,
meningkatkan aset yang telah ada dan menjadikan kelemahan sebagai kekuatan.
e. Keterkaitan dengan Modul 2.1
Pembelajaran Berdiferensiasi
Peserta didik merupakan aset dalam
modal manusia di sekolah. Sebagaimana yang telah dijabarkan dalam modul 1.1
bahwa setiap peserta didik memiliki kodrat masing-masing, tugas kita adalah
menuntun hal tersebut. Salah satu cara dalam mewujudkannya adalah dengan
melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan belajar yang berbeda (kesiapan belajar, minat dan profil belajar).
Dengan penerapan pembelajaran ini, diharapkan tidak hanya memenuhi kebutuhan
tetapi juga mampu menjadikan langkah awal menunjang tumbuh kembangnya peserta
didik sebagai aset sekolah dengan keahlian yang sesuai dengan bidang nya
masing-masing.
f. Keterkaitan dengan Modul 2.2
Pembelajaran Sosial Emosional
PSE
diperlukan dalam menentukan, mengelola dan memastikan keputusan yang tepat
karena dengan berkesadaran penuh kita bisa menggali potensi diri dan
lingkungan. Mengembangkan aset yang dimiliki tentu berawal dari pemetaan
tentang apa saja yang dimiliki oleh sekolah kita. Dalam pemetaan itu, kita
tidak bisa melakukan sendiri, diperlukan kemampuan diri, kesadaran sosial
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemetaan tersebut sehingga Keputusan
yang dilakukan nantinya bisa dipertanggungjawabkan
g. Keterkaitan dengan Modul 2.3
Coaching
Apabila B-A-G-J-A bertujuan untuk
memetakan apa yang akan dilakukan terkait aset potensial disekolah, maka
Coaching dengan model TIRTA merupakan wadah dalam menggali potensi yang
dimiliki oleh aset potensial tersebut. Dengan
berpegang kepada pemahaman permasalahan,
potensi dan komitmen terhadap langkah yang akan dilakukan memudahkan
dalam mewujudkan IA dengan skema B-A-G-J-A untuk merealisasikan diri sebagai
pemimpin sumber daya di sekolah.
h. Keterkaitan dengan Modul 3.1
Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Menjadi pemimpin sumber daya sekolah meletakkan posisi kita sebagai prang pertama dalam pengambilan keputusan yang akan memberikan dampak di masa yang akan datang. Untuk itu, diperlukan pemahaman prinsip, paradigma dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan supaya keputusan yang kita berikan berdampak positif dan tidak menimbulkan dilema bagi warga sekolah.
2. Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya dan Implementasinya
Berbicara mengenai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, erat kaitannya dengan semua hal yang terdapat di sekolah sebagai ekosistem baik itu hal biotik dan abiotik. Kita diharapkan mampu berfikir berbasiskan asset (ABCD) dengan berfokus kepada kelebihan yang dimiliki oleh sekolah. Sebagai seorang guru, implementasi pengelolaan sumber daya ini bisa kita lakukan di kelas dengan cara melihat potensi yang dimiliki oleh peserta didik di dalam PBM dan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. kita bisa memetakan potensi yang dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan belajar sehingga kita bisa fokus kepada kelebihan yang dimiliki peserta didik. Hal ini berdampak kepada meningkatnya motivasi dan hasil belajar peserta didik nantinya.
Implementasi pengelolaan sumber daya
di sekolah maupun kepada warga sekolah tentu lebih rumit dibandingkan mengelola
kelas. Hal yang dapat saya lakukan
sebagai berikut :
a. Merubah mindset
Pola fikir dan sudut pandang tentang sesuatu merupakan
hal utama yang harus disamakan dalam mewujudkan tujuan bersama. Warga sekolah
masih memandang kelemahan sebagai poin utama yang harus dibenahi di sekolah,
hal ini dapat dilihat pada setiap rapat bulanan. Kepala sekolah lebih
mengutamakan langkah apa yang akan dilakukan untuk mengatasi kekurangan dan
melupakan aset dan kekuatan yang dimiliki oleh sekolah. Untuk itu, keberadaan
guru penggerak diharapkan dapat membumikan paradigma berbasis aset ini supaya
sekolah bisa mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki.
b. Berkoordinasi dengan berbagai pimpinan sekolah dan pihak
terkait
Melakukan perubahan tidak bisa
dilakukan sendiri. Kita membutuhkan dukungan dari berbagai pihak terutama
pimpinan sekolah. Saya akan melakukan koordinasi dengan kepala sekolah untuk
memudahkan sosialisasi kepada warga sekolah. Dengan tanggapan positif kepala
sekolah, saya akan bersinergi dengan komunitas praktisi di sekolah melakukan
sosialisasi kepada warga sekolah lainnya.
c. Sinergitas warga sekolah
Apabila sudah memiliki mindset yang sama dan terjadi koordinasi kepada warga sekolah, maka saya akan berusaha untuk bersinergi dengan warga sekolah memetakan kekuatan yang dimiliki sekolah dan fokus untuk mengembangkan aset tersebut.
3. Perubahan Diri Setelah Mempelajari
Modul 3.2 (Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya)
Setelah mempelajari modul ini, saya memahami bahwa sekolah sebagai sebuah ekosistem terdiri dari faktor biotik dan abiotik serta memahami 7 aset atau modal dalam suatu sekolah. Perubahan yang saya rasakan adalah perubahan mindset. Selama ini saya berfikir bahwa berfokus kepada masalah memang cara terbaik karena hal tersebut yang selalu dilakukan oleh pimpinan di sekolah selama ini. Kami mencari penyelesaian permasalahan yang terjadi setiap melakukan rapat bulanan. Setelah mempelajari modul ini, saya mengetahui bahwa berfikir berbasis aset atau kekuatan merupakan hal yang lebih baik, karena kita bisa membuat budaya positif d sekolah, lebih optimis mengenai kekuatan yang dimiliki serta menjadikan kekurangan sebagai kekuatan dengan memberdayakan aset yang mampu menutupi kekurangan tersebut.
B. Rancangan Tindakan ( B-A-G-J-A)
PRAKARSA
PERUBAHAN |
|
|
TAHAPAN |
Pertanyaan |
Daftar
tindakan/ riset/ penyelidikan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan jawaban |
B-uat pertanyaan
(Define) ●
Membuat pertanyaan utama yang akan
menentukan arah investigasi kekuatan/potensi/ peluang; ●
Menggalang atau membangun koalisi tim
perubahan |
Bagaimana
mewujudkan kelas yang mampu menerapkan profil pelajar pancasila sesuai dengan
pemikiran KHD? |
1. Menerapkan keberpihakan kepada murid. 2. Pembelajaran yang bermakna
sesuai dengan kodrat yang dimiliki. |
A-mbil pelajaran
(Discover) ●
Menyusun pertanyaan lanjutan untuk
menemukenali kekuatan/potensi/ peluang lewat investigasi; ●
Menentukan bagaimana cara kita
menggali fakta, memperoleh data, diskusi kelompok kecil/besar, survei
individu, multi unsur |
Bagaimana
menentukan potensi yang dimiliki peserta didik sehingga tercapai kelas yang diinginkan?
|
1. Memahami
karakteristik peserta didik 2. Memetakan potensi yang dimiliki
peserta didik 3. Kerjasama dengan orangtua
untuk mengetahui karakter dan potensi
peserta didik 4. Menerapkan pembelajaran
berdasarkan potensi peserta didik |
G-ali mimpi (Dream) ●
Menyusun deskripsi kolektif bilamana
inisiatif terwujud; ●
Mengalokasikan kesempatan untuk
berproses bersama, multiunsur (kapan, di mana, siapa saja). |
1.
Hal
baru apa yang dilakukan agar Kelas
impian tercapai?
2.
Apa
hal mendukung dalam mewujudkan kelas impian tesebut?
|
Mengimplementasikan Pendidikan Berdiferensiasi melalui Program sekolah “MERONA” ( Mandiri, Edukatif, Religius, Objektif, Naratif, Adaptif
“, Beberapa hal yang akan dilakukan
adalah : a. Mandiri, Meningkatkan kompetensi pendidik
dalam menggunakan model dan media pembelajaran melalui pelatihan yang akan
diadakan oleh sekolah sehingga mampu memberikan pembelajaran yang bervariasi
sesuai dengan karakteristik peserta didik dan materi pembelajaran b. Edukatif, Meningkatkan kemampuan
bernalar kristis peserta didik dengan memanfaatkan pojok literasi kelas. c. Religius, Mengembangkan pemahaman
agama melalui kearifan lokal yang terintegrasi dalam pembelajaran, d. Objektif,
Tegas, adil
dan bertanggungjawab didalam mengambil keputusan tanpa membedakan latar
belakang peserta didik sehingga mampu
menanamkan profil pelajar yang berkebhinnekaan global. e. Naratif,
meningkatkan kreativitas peserta didik melalui “SASISAKA” f. Adaptif, penerapan pembelajaran konstektual untuk meningkatkan rasa Empati dan menimbulkan sikap gotong royong. 1. Kepala sekolah yang selalu
memberikan kesempatan untuk guru-guru mengembangkan program yang dimiliki 2. Rekan guru yang ingin
berkembang. 3. Sarana dan prasarana sekolah 4. Komite dan Wali Murid yang
peduli kepada pembelajaran di sekolah. 5. Peserta didik yang mempunyai
semangat dan menyukai tantangan |
J-abarkan rencana
(Design) ●
Mengidentifikasi
tindakan konkret yang diperlukan untuk menjalankan langkah-langkah kecil
sederhana yang dapat dilakukan segera,dan langkah berani/terobosan yang akan
memudahkan keseluruhan pencapaian; ●
Menyusun definisi kesuksesan
pencapaian |
Bagaimana
paparan rencana dan siapa saja yang terlibat dalam mewujudkan hal positif ini
di sekolah? |
1. Mendesain Model pembelajaran yang sesuai dengan kodrat
anak 2. Mengintegrasikan metode “RASA-KU” ( Ramah, Asyik, Santun, Aktif-
Kompetitif, dan Ulet) didalam
pembelajaran dengan menciptakan pembelajaran holistic. 3. Mengadakan kegiatan yang
berhubungan dengan pembelajaran yang mengarah kepada potensi yang dimiliki
peserta didik 4. Pihak yang terlibat adalah
kepala sekolah sebagai pimpinan
sekolah yang memberikan masukan, izin penggunaan sarana dan prasarana dan Rekan
guru yang membantu menerapkan Program ini. |
A-tur eksekusi
(Deliver) ●
Menentukan siapa yang berperan/
dilibatkan dalam pengambilan keputusan; ●
Mendesain jalur komunikasi dan
pengelolaan rutinitas (misal: SOP, knowledge management, monev/refleksi) |
1. Siapakah yang berperan melakukan perubahan?
2. Kapan kelas impian ini mulai
diwujudkan?
3. Apa indikator keberhasilan ?
|
1. Guru sebagai subjek yang membuat program dan menginginkan prubahan 2. Peserta didik sebagai objek
perubahan 3. Kepala sekolah yang melakukan
pengawasan dan monitoring pada program yang direncanakan
Mulai
dari sekarang dengan langkah- langkah sebagai berikut : 1. Merubah mindset 2.Berkoordinasi dengan berbagai pimpinan sekolah dan pihak terkait 3.Sinergitas warga sekolah
Terwujudkan
Kelas yang mampu menerapkan
keberpihakan kepada murid
sehingga tercipta pembelajaran
yang bermakna sesuai dengan kodrat yang dimiliki |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar